Bijak Memilih: Gereja Motivator atau Gereja yang Berfokus Pada Kristus
Penulis: Sinuyu Waruwu
Saya pernah membaca sebuah quote, kurang lebih bunyinya seperti ini "Carilah gereja yang dekat dengan Tuhan bukan yang dekat dengan rumah anda". Saya kira quote ini memuat kalimat sindiran dari kaum penyakitan spritual. Namun, berjalannya waktu dan semakin saya mendalami firman Tuhan, baru saya sadar bahwa kata-kata ini perlu saya pahami ulang untuk memberikan saya pengertian baru tentang gereja.
Sebagian besar orang Kristen akan beribadah di gereja yang dekat dengan rumah mereka. Menurut saya ini hal yang baik untuk menghemat waktu dan biaya transportasi, dan terlebih untuk menghindari kemacetan lalu lintas, apalagi di kota-kota besar yang penuh hiruk-pikuk kendaraan. Namun, dalil ini bukan alasan satu-satunya bagi orang Kristen untuk memutuskan beribadah di gereja terdekat. Sebab, memilih gereja sama hal nya kita memilih siapa yang membuka jalan untuk kita melihat Keselamatan di dalam Allah.
Saya bisa menghitung gereja dan rumah doa (menyamarkan tempat ibadah karena kesulitan izin pembangunan) berjejer di sana-sini, radius 2-3 km berdiri tempat ibadah. Apakah ini anugerah dari Allah atau Allah sedang memberikan kita opsi untuk memilih tempat kita bertumbuh untuk mengenal Dia? Bagi saya sendiri ini adalah opsi yang diberikan Allah bagi kita untuk menguji setiap pendeta dan ajarannya. Sudah selaras dengan firman Tuhan atau menyimpang dari kebenaran. Dengan berdirinya banyak gereja maka kita harus membuka mata hati untuk meneropong tempat ibadah yang sesuai kehendak Allah. Untuk itu diperlukan hati dan pikiran yang dibaharui oleh firman supaya dapat menimbang dengan bijaksana.
Dari pengamatan saya empat tahun terakhir ini, begitu banyak pendeta dan pengkhotbah yang berfokus untuk mengenakan telinga jemaat daripada menjabarkan nats Alkitab. Motivasi-motivasi yang dangkal dan klaim iman sepihak terdengar dari mimbar gereja. Menceritakan kisah kesuksesan, penglihatan dan pengalaman rohani dan nubuatan (palsu) yang menciderai kekudusan iman jemaat. Segala bentuk penguatan diluar Alkitab meskipun menceritakan kebesaran dan kemuliaan Allah bukan standar kebenaran yang harus berlaku bagi orang Kristen lainnya. Pada kenyataannya beberapa gereja memandang pengalaman rohani "pribadi" menjadi tuntutan bagi orang Kristen lainnya untuk turut merasakan keajaiban tersebut. Lebih berfokus pada karya rohani daripada Allah itu sendiri.
Beberapa pendeta berkhotbah mementingkan kalimat-kalimat polesan untuk disampaikan kepada jemaat, sehingga ayat Alkitab hanya sekadar bumbu dan kendaraan untuk menyampaikan maksud dari topik yang dibicarakan. Lebih banyak terdengar kata "aku" yaitu pengkhotbah daripada nama Tuhan Yesus. Jika pun disebutkan hanya peneguhan dari keangkuhan kesaksian semata. Lebih banyak lelucon yang mengundang gelak tawa dan mengesampingkan perenungan. Bukan tidak boleh seorang pengkhotbah menyelipkan humor dalam khotbah, itu memang perlu untuk memecah kebekuan saat pemberitaan firman Tuhan. Namun, lelucon yang mengarah pada hal-hal negatif dan sindiran serta menyudutkan seseorang ada hal yang kurang baik.
Lalu kita akan bertanya apa saja pertimbangan seorang Kristen memilih tempat ibadah yang tepat? Berikut ini saya bagikan beberapa tips untuk saudara-saudara semuanya.
1. Pengkhotbah Mengutamakan penjabaran ayat Alkitab yang menjadi bacaan umat saat ibadah berlangsung. Penjabaran penting sebab Firman Tuhan perlu diserap oleh jemaat dalam bentuk sederhana. Apakah belum cukup membaca saja untuk mengerti firman Tuhan? Bisa, tapi sebagian besar mengalami kesulitan dan perlu diketahui bahwa seorang pendeta harus memandang jemaat sebagai seorang pembelajar yang belum bisa mengunyah dengan baik setiap nats Alkitab. Jika boleh jujur beberapa ayat di Alkitab memiliki kesukaran tersendiri untuk memahaminya bahkan hal ini dirasakan juga oleh para pendeta dan teolog.
2. Gereja menjadi tempat pemulihan bukan tempat mengumbar dosa. Gereja adalah bengkel, kumpulan manusia yang harus diperbaiki dengan penuh kasih dan kesabaran oleh pendeta/gembala. Setiap jemaat punya kesalahan dan pergumulan tersendiri. Pendeta bertugas mendampingi dan mengarahkan serta menata setiap jemaat berdasarkan kebenaran. Bukan sebaliknya mengumbar kesalahan jemaat di hadapan umum atau membicarakan kepada jemaat lainnya. Jika terdapat seorang pendeta yang suka menceritakan keburukan jemaatnya maka tinggalkanlah gereja itu sebab pemimpin gereja itu bukan hamba Tuhan tapi hamba setan. Dalam Amsal 10:12 tertulis bahwa kebencian menimbulkan pertengkaran, tetapi kasih menutupi segala pelanggaran. Hendaklah kasih itu dikedepankan untuk mengayomi dan merangkul jemaat yang tersesat, bukan menghakimi dan menyebarkan kesalahannya sebab kasih itu menutupi kesalahan. Seorang Pendeta adalah pribadi yang dipercaya, artinya pendeta harus menjaga kerahasian setiap jemaat yang memiliki pergumulan pribadi, bukan menambahkan bahan bakar untuk mengompori jemaat lain agar turut serta mengetahui.
3. Pendeta yang berkhotbah tentang Kristus bukan motivasi. Apabila bila pendeta menjadi motivator maka yang dikenal bukan Tuhan tapi nama pengkhotbah. Pada zaman ini begitu banyak bermunculan pendeta motivator yang isi khotbahnya hanya persoalan ekonomi dan perjuangan hidup. Menyemangati jemaat dengan ayat Alkitab padahal isi motivasi bertentangan dengan esensi dari nats tersebut. Asumsi saya tentang pendeta motivator adalah kurangnya pemahaman dan pendalaman firman Tuhan. Merasa puas dengan Alkitab sehingga mengabaikan buku-buku referensi yang bisa menunjang pengayaan dan peneguhan iman. Akibatnya, ruang lingkup pemberitaan dibatasi karena keangkuhan intelektual yang merasa cukup dengan membaca kitab suci saja.
4. Seorang pendeta jangan setiap berkhotbah menyinggung persembahan. Ingat baik-baik bahwa jemaat yang diberkati dengan firman akan dengan sendirinya tergerak. Jadi tidak perlu alarm persembahan untuk mengingatkan jemaat mengulurkan tangannya. Sebab Allah sumber dan mengadakan segala sesuatu. Jadi, tidak perlu khawatir apa yang hendak dipakai, makan dan minum karena Allah dalam Tuhan Yesus memberikan jaminan kepada kita, seperti yang tertulis dalam injil Matius 6:33-34 (TB) Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
Pesan penulis
Dari tulisan ini kita bisa mengambil kata kunci saat memilih gereja harus menimbang kedua hal ini yaitu pendeta yang berfokus kepada Allah atau kepada dirinya, kemudian khotbahnya apakah berpusat pada Kristus atau lebih mendominasi pengalaman dan motivasi.
0 Comments