KRITIK ORANG BODOH, MAKA DIA AKAN MEMBENCIMU!
Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan "jangan mengkritik orang bodoh, karena ia akan membencimu, kritiklah orang pandai ia akan mencintaimu.
Saya membaca kata bijak dari sebuah kitab kuno yang berbunyi "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya." Sebuah kalimat yang menyadarkan kita bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak hanya bergantung satu dengan yang lain tapi bersinggungan dan berkonflik. Hal ini disebabkan oleh kesalahpahaman, berpikir sempit dan menganggap diri superior dari orang lain.
Pada pemilu beberapa waktu lalu mulai dari pemilihan presiden, gubernur dan anggota dewan, tidak sedikit kita melihat berbagai calon menyerang dan mengkritik calon lainnya. Namun, saya menemukan sebagian besar akan menyerang balik lawan politiknya tapi terdapat sebagian kecil berterima kasih atas kritik tersebut.
Dari pengalaman sendiri saya bertemu dan hidup bersama-sama dengan beberapa komunitas sejak saya memutuskan keluar dan hidup sebagai perantau di tanah orang. Dari tahun 2016 hingga sekarang, saya telah menjumpai berbagai karakter. Namun, pada intinya hanya ada dua tipe orang dalam menanggapi sebuah kritikan. Tipe pertama, menerima dengan lapang dada sebuah kritikan dan mengevaluasi diri. Tipe kedua, menolak kritikan dan membenci orang yang memberikan kritik. Letak kedua perbedaan orang ini terdapat pada responnya.
Topik ini pernah saya diskusikan bersama rekan kerja, alasan seseorang menolak kritik dan menganggapnya sebagai aura negatif. Dari diskusi ini saya menarik sebuah kesimpulan bahwa orang yang tidak menerima kritik adalah orang yang paling lemah dan rapuh. Mengapa? Karena ia takut kekurangannya tercium dan aroma kerapuhannya menyebar. Orang yang menolak kritik merasa dirinya diatas orang lain, paling benar. Kritik dianggap sebagai serangan terhadap harga diri, dimana identitas dan status mereka dipertanyakan.
Kritik sering dihubungkan dengan kegagalan dan ketidakmampuan, sehingga jika menerima kritik maka muncul perasaan direndahkan. Orang dengan ego besar sulit menerima kritikan karena tidak siap menerima perubahan dan perbaikan citra diri.
Apakah sedemikian mengerikannya kritik sehingga beberapa orang tidak menerima dan berprasangka buruk terhadap para pengkritiknya? Bercermin dari kritikan sendiri bisa dilatarbelakangi oleh ketidaksukaan dan ingin memberikan masukan untuk perbaikan kedepannya. Bagi saya apa pun motif dari kritikan seharusnya harus diterima dengan pikiran terbuka untuk memperbaiki diri. Tanpa kritik seseorang merasa hebat, nyaman dan benar sendiri menurut pandangannya.
Memang kritik itu sering kali bernada pedas di telinga dan seperti pisau penyayat hati. Ketika diterima dengan tangan terbuka kritik itu bisa dijadikan sebagai batu loncatan dan titik tolak untuk melompat jauh ke depan. Orang yang mengkritik bisa saja tidak menyukai tapi apakah itu alasan untuk menolak kritikan? Tentu tidak, justru dari orang yang tidak menyukai atau dari seorang lawanlah kita mengetahui kelemahan diri. Dengan bercermin dari masukan dapat dijadikan sebagai suplemen jiwa untuk bergerak memperbaharui diri. Berterima kasih kepada para pengkritik anda karena mereka adalah cermin gratis yang berniat menjatuhkan tapi membawa anda semakin ke puncak. Bila diterima dengan bijak menjadi kekuatan besar untuk mengupgrade diri lebih baik.
Kritik itu tidak pernah menyakiti siapa pun, yang merusak dan menyakitkan itu pola pikir dan asumsi liar ketika menerima kritik. Kata-kata orang lain tidak mengubah citra dan identitas anda, tapi pola pikir andalah yang merusak hal baik yang anda miliki. Anda tersinggung dan sakit hati karena anda sendiri yang memutuskan untuk merasakannya, padahal anda bisa menolak hal itu dengan biasa saja bukan? Kembali lagi ke diri sendiri. Sudah siap menerima kritik? Jika belum, maka anda belum siap menjadi apa-apa dan tidak pantas menjadi seorang yang lebih dari orang lain.
0 Comments